SMP Al Khairaat hadir menerapkan sistem pendidikan terpadu, Pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai karakter islam serta kompetensi kepemimpinan (Leadership) tidak hanya dilakukan pada mata pelajaran tertentu tetapi terintegrasi baik diseluruh mata pelajaran, maupun aktivitas keseharian sehingga karakter dan nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan dalam diri siswa.

Friday 11 April 2014

Field Trip

Field Trip ke Pesantren Agribisnis Al Ittifaq, Desa Rancabali, Ciwidey- Kab.Bandung

Alhamdulillah pada hari selasa, 8 April 2014 SMP Al Khairaat mengadakan field trip ke Pesantren Al Ittifaq, Desa Rancabali, Kab- Bandung. Perjalanan menempuh 4, 5 jam. 
foto dulu sebelum berangkat


Siswa siswi SMP Al Khairaat sangat antusias dengan acara ini, pukul 5.30, sebagian peserta sdh berkumpul disekolah, dan berangkat tepat pukul 5.50. 

Kebetulan di dalam bus tersedia fasilitas karaoke, jd sesaat sebelum berngakat dan selama perjalanan guru dan murid bersama2 berdoa, membaca Asmaul Husna, dan surah Al-Mulk, juga mendengarkan lagu2 dari Maher zain.

Tiba di pesantren sekitar 10.30, disambut dengan ramah oleh Pimpinan Pesantren, KH. Fuad Affandi

 






Sosok Mang Haji Fuad Affandi , Kyai Pondok Pesantren Al ittifaq Ciwidey Bandung. Sang Kyai ini nyentrik dan unik. Janggut tergerai panjang, bicara ceplas ceplos namun mempunyai kepedulian luar biasaa pada santri dhuafa dan warga sekitar ponpes.
Banyak orang mengenalnya dengan Kyai agrobisnis dengan tarekat sayuriah. Maklumlah, sebagai guru mangaji ilmu agama, mang Haji merupakan ornag yang bergelut spenuhnya dalam dunia sayur mayur hasil pertanian santri dan warga sekitar.
Di pondok pesantrennya, terdapat dua macam santri. Ada yang santri berbayar, dan ada santri gratisan.
     Santri gratisan inilah yang lalu menjadi santri binaan ponpes yang dibiayai sepenuhnya oleh pesantren. Menjadi luar biasa karena para santri selain belajar agama juga belajar bagaimana beragrobisnis.
Lokasi pondok pesantren Al Ittifaq yang dikelola Mang Haji sendiri berada di Desa Ciburial Ciwidey Bandung. Sebagai pondok yang berdiri di dataran tinggi dan sebagian besar warga daerah ponpes adalah petani, Mang Haji lalu berfikir bagaimana caranya agar pondok bisa membiayai santri dan memakmurkan warga sekitarnya ?
Mang Haji adalah seorang sederhana yang selalu berfikir bagaimana mengembangkan pesantren agar produktif dan bisa membantu kaum dhuafa dan anak yatim menuntut ilmu di sini. Hal yang juga dianggap penting oleh Mang Haji adalah bagaimana para santri ini bisa menghadapi hidup dengan sikap produktif dan bisa menghargai segala sesuatu yang Allah telah berikan.
 

Saking uniknya, dan sikap selalu menganggap tidak ada sesuatupun ciptaanNya yang bisa dibuang, Mang Haji pernah membuat pupuk yang dioleh dengan air liur santri. Jangan bingung dulu, dalam bayangan Mang Haji, air liur dalam tubuh saja bisa menghancurkan makanan sedemikian rupa, apalagi jika air liur itu dimanfaatkan untuk menghancurkan pupuk kompos yang biasa dibuat santri.
 

Percobaanpun dimulai. Pagi itu, semua santri mengumpulkan air liurnya lalu diolah dengan pupuk organik buatan santri. Walhasil, pupuk cepat membusuk dan bisa digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian.
Dari hasil pertanian yang dikelola santri, akhirnya ponpes mengelola beberapa kelompok tani yang juga dibantu berbagai instansi baik swasta ataupun pemerintah. Mang Haji adalah orang yang fleksibel dan mau belajar. Berbagai instansi pemerintah dan swasta yang kira-kira bisa membantu perkembangan agrobisnisnya dihubungi. Maka dari itu, berbagai bantuan baik program pelatihan, bantuan barang, mesin, pupuk, dan sebagainya diperoleh oleh ponpes ini. Mang Haji menggandeng warga sekitar dengan memberikan fasilitas yang sama. Termasuk di dalamnya proses pemasaran.
 

Ponpes lalu mendirikan koperasi. Pemasaran hasil pertanian santri dan warga sekitar yang dikelola kelompok tani ini disalurkan oleh koperasi ke supermarket-supermarket dan pasar tradisional, sisanya dikonsumsi oleh santri dan warga sendiri. Ketika saya berkunjung ke pesantren ini, saya menyaksikan para santri yang bersahaja sedang memilah hasil pertanian. Ternyata pemilahan ini menggunakan sistem grade. Sebut saja grade 1, 2 dan 3. Grade 1 untuk sayur mayur yang tergolong sangat baik dan akan masuk ke super market. Grade 2 akan masuk ke pasar tradisional, sedangkan grade 3 akan dikonsumsi sendiri. Grade 4 untuk makan ternak Grade 5 untuk diolah sebagai pupuk kompos.
 

Mang Haji lalu menjadi pahlawan yang bisa menggerakkan santri untuk belajar ilmu agama, namun juga meningkatkan kesejahteraan warga sekitar. Jadi, sosok pahlawan ini telah menampilkan kesederhanaan, rasa syukur, bekerja giat, sosial entrepreuneur dan mengajarkan menjaga harga diri untuk selalu menjadi insan yang bermanfaat.

Semoga kunjungan SMP AL Khairaat bisa menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan baik formal maupun informal, seperti yang terdapat di pesantren Al Ittifaq, Ciwidey Bandung.